Kamis, 31 Mei 2012

percobaan diuretik farmakologi


PERCOBAAN 4
DIURETIK


1.      TUJUAN PRAKTIKUM :
§  Untuk mengetahui efek dari obat diuretic pada hewan percobaan
§  Untuk mengetahui volume urin yang dihasilkan oleh hewan akibat pemberian obat diuretik
§  Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat diuretik.


2.      TINJAUAN PUSTAKA
Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). ( Mutschler, 1991)
Walaupun kerja nya pada ginjal,diuretika bukan ‘obat ginjal’,artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis,tidak dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuertika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal.  ( Mutschler, 1991)
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol).
Fungsi utama ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana semuanya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah.
Fungsi penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+, yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel, dan di plasma darah.
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007)
3.      MEKANISME KERJA OBAT DIURETIK
Kebanyakan diuretika bekerrja dengan mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga pengeluaranya lewat kemih- dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di :
a.       Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga natrium.
b.      Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henle’s loop ini k,l. 25% bsorbsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetamida dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.
c.       Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis.sentawa thiazida dan  klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan Clsebesar 5-10%. Dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K + atau –NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon anak-ginjal aldosteron antagonis aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan ekskresi Na+ (5%) dan retensi- K+.
d.      Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari hipofisis bertitik kerja disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.(mariska syafri ; 2011)



4.      PEMILIHAN DIURETIK
            Diuretik thiazide tepat untuk digunakan pada sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretik yang lebih kuat (misalnya, diuretik yang bekerja pada loop of henle) diperlukan untuk hipertensi parah,  apabila digunakan pada kombinasi obat yang menyebabkan retensi natrium. Pada insufisiensi ginjal,  bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari 30 atau 40 mL/menit. Pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi natrium.
Diuretik hemat-kalium (potassium-sparing) berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan, khususnya pada pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik diuretik lainnya. (Katzung, 1986).

5.      PENENTUAN DOSIS
            Walaupun farmakokinetik dan farmakodinamik berbagai diuretik berbeda, tetapi titik akhir efek terapeutik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek natriuresisnya. Walaupun demikian, harus diketahui bahwa dalam keadaan tunak (steady-state; seperti pada penanganan  jangka panjang hipertensi), ekskresi natrium harian sama sama dengan pemasukan natrium dari makanan. Diuretik diperlukan untuk melawan kecendrungan terjadinya retensi natrium pada pasien dengan deplesi natrium yang relatif. Walaupun diuretik thiazide lebih bersifat natriuretik pada dosis tinggi (100-200 mg hydrochlorothiazide), bila digunakan sebagai obat tunggal, dosis rendah (25-50 mg) memberikan efek antidiuretik seperti halnya pada dosis tinggi. (Katzung, 1986).

6.      TOKSISITAS DIURETIK
            Pada pengobatan hipertensi, sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak pasien , hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis, pasien dengan aritmia kronis, pada infarktus miokardium akut atau disfungsi ventrikel kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reabsorpsi natrium. Oleh karenanya ,pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium. Diuretik glukosa, dan peningkatan konsentrasi lemak serum. Diuretik dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya  gout (pirai). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan efek metabolik yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek antihipertensinya. (Katzung, 1986).

7.      OBAT-OBAT DIURETIK
·         Furosemid
Rumus bangun





8.      FARMAKOKINETIK FUROSEMID
·         Onset diuresis         : Oral antara 30-60 menit, im 30 menit, iv 5 menit.
·         Efek puncak                         : Oral dicapai 1-2 jam setelah pemberian.
·         Durasi                        : 6-8 jam, iv 2 jam.
·         Absorpsi                    : Oral 60-67%
·         Ikatan dengan protein      : >98%
·         T1/2                              : Fungsi ginjal normal 0,5-1,1 jam, end-stage renal disease 9 jam.
·         Eliminasi                   : 50%  dari pemberian oral atau 80% iv diekskresikan melalui urin setelah 24 jam.
(Anonim, 2006)





9.      CARA KERJA
·         Mencit di puasakan selama lebih 16 jam (tetap diberi minum)
·         Mencit diberi air hangat secara oral 1ml/25g BB mencit
·         Kemudian Mencit disuntikkan i.p Furosemid atau lasix dengan dosis 40mg dan 80 mg
·         Tempatkan mencit dalam kandang pengamatan diuretik
·         Catat jumlah urin komulatif setiap kurun 30menit selama 4 jam

10. HASIL PENGAMATAN

Perhitungan dosis furosemid 80 mg/25 ml
·         Dosis untuk mencit         = 80 mg x 0,0026 = 0,208 mg
·         BB mencit                         : 50 g

Dosis                                 :  x 0,208 mg = 0,52 mg

·         Volume penyuntikan      :  x 25 ml = 0,16 ml ~ 0,2 ml

·         Volume pengambilan      :

·         Air hangat 1 ml/25g BB mencit

·         BB mencit 50g

·         Dosis =   

·         Volume pengambilan     :



11. TABEL PENGUMPULAN DATA HASIL PERCOBAAN
No
Perlakuan
BB (g)
Vol Air
Vol
Vol Berkemih
Mulai berkemih
kumulatif
pH
(ml)
Perlakuan
(menit)
1
2
3
4
5


-I
Furosemide 80 mg/25 ml
50
2 ml
0,16 ml
30 menit
0,5
0,5
-
-
-
1 ml
-
-II
Furosemid 80 mg/25 ml
40
1,6 ml
0,13 ml
28 menit
1
0,2
-
-
-
1,2 ml
-
-III
Furosemid 80 mg/25 ml
30
1,2 ml
0,1 ml
25 menit
1
0,1
-
-
-
1,1 ml
-
-+
Furosemid 80 mg/25 ml
40
1,6 ml
0,13 ml
20 menit
0,9
0,3
0,5
-
-
1,7 ml
-
+
Air hangat (control)
35
1,4 ml
-
-
-
-
-
-
-
-
-

12. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami melalkukan percobaan diuretic dengan menggunakan obat Furosemid dan mencit sebagai hewan ujinya.sebelum dilakukan percobaan mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam tetapi tetap di beri minum ini untuk mmencegah sebelum diberikan obat untuk menghilangakn factor makanan.namun walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak dapat di hilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.
pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan, hal ini disebabkan karena mencit betina mengalami fase estrus dimana pada fase ini terjadi peningkatan hormon estrogen dan hormon pertumbuhan yang akan  mempengaruhi sekresi insulin.
Sebelum diberikan obat mencit terlebih dahulu diberikan air hangat sesuai dosis nya. Dari tabel pengumpulan data percobaan 4 didapat hasil yang berbeda-beda.untuk mencit no 6 diperoleh hasil kumulatif lebih sedikit dibandingkan dengan 4 mencit lainya.untuk kelompok 7 hasil kumulatif yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan mencit 6 dan 8 sedangkan untuk mencit no 8 diperoleh hasil kumulatif lebih banyak dari mencit 6 dan lebih sedikit dari mencit no 7 dan 9.untuk mencit no 9 hasil kumulatif yang lebih banyak dari keempat mencit lainya,hal ini dikarenakan mencit no 9 adalah mencit  jantan sedankan lainya adalah mencit betina.perlakuan mencit kontrol dapat dilihat bahwa mencit sama sekali tidak berkemih karena mencit tidak diberikan obat furosemid, hanya diberikan air hangat.
     



















Daftar Pustaka
Katzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika ; Jakarta.
Anonym,2006,Obat-obat Penting, Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat bagian Farmasetika Fakultas Farmasi UGM ; Jogjakarta
Syafri, Mariska, 2011, mekanisme kerja obat diuretika, http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/03/mekanisme-kerja-obat-diuretika.html diakses pada tanggal 5 mei 2012
Mutschaler,Ernst.1991.Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi.bandung ; ITB
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia ; Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar