PERCOBAAN 4
DIURETIK
1. TUJUAN
PRAKTIKUM :
§ Untuk mengetahui efek dari obat diuretic pada hewan percobaan
§ Untuk mengetahui volume urin yang dihasilkan oleh hewan akibat pemberian
obat diuretik
§ Untuk mengetahui mekanisme kerja dari obat diuretik.
2. TINJAUAN
PUSTAKA
Diuretika adalah senyawa yang dapat menyebabkan ekskresi urin yang lebih
banyak. Jika pada peningkatan ekskresi garam-garam, maka diuretika ini
dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit). ( Mutschler, 1991)
Walaupun kerja nya pada ginjal,diuretika bukan ‘obat ginjal’,artinya
senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,demikian
juga pada pasien insufisiensi ginjal jika diperlukan dialysis,tidak dapat
ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa diuertika pada awal
pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi
laju filtrasi glomerulus sehingga memperburuk insufisiensi ginjal. ( Mutschler,
1991)
Diuretika
adalah zat-zat yang dapat memperbanyak kemih (diuresis) melalui kerja langsung
terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini,
misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),
memperbesar volume darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (air, alkohol).
Fungsi utama
ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat
asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah dimana semuanya melintasi
saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah.
Fungsi
penting lainnya adalah meregulasi kadar garam dan cairan tubuh. Ginjal
merupakan organ terpenting pada pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan
dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta pemeliharaan volume total dan
susunan cairan ekstrasel. Hal ini terutama tergantung dari jumlah ion Na+,
yang untuk sebagian besar terdapat di luar sel, di cairan antarsel, dan di
plasma darah.
(Tan Hoan
Tjay & Kirana Rahardja, 2007)
3. MEKANISME KERJA OBAT DIURETIK
Kebanyakan diuretika
bekerrja dengan mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga pengeluaranya lewat
kemih- dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus
terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di :
a. Tubuli proksimal, ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang
disini direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70%, antara lain ion-Na+
dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung
secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis
terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja di sini
dengan merintangi reabsorbsi air dan juga natrium.
b. Lengkungan henle. Dibagian menaik dari Henle’s loop ini k,l.
25% bsorbsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa
hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan seperti
furosemida, bumetamida dan etakrinat, bekerja terutama di sini dengan
merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorbsi Na+.
pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.
c. Tubuli distal. Dibagian pertama segmen ini, Na+ direabsorbsi
secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih
hipotonis.sentawa thiazida dan klortalidon bekerja di
tempat ini dengan memperbanyak eksreksi Na+ dan Cl – sebesar
5-10%. Dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K
+ atau –NH4+; proses ini dikendalikan oleh hormon
anak-ginjal aldosteron antagonis aldosteron (spirolacton) dan zat-zat penghemat
kalium (amilorida, triateren) bertitik kerja disini dengan mengekibatkan
ekskresi Na+ (5%) dan retensi- K+.
d. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretika ADH (vasoprin) dari hipofisis
bertitik kerja disini dengan jalan memengaruhi permeabilitas bagi air dari
sel-sel saluran ini.(mariska syafri ; 2011)
4. PEMILIHAN
DIURETIK
Diuretik thiazide tepat untuk
digunakan pada sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang serta
dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretik yang lebih kuat (misalnya,
diuretik yang bekerja pada loop of henle) diperlukan untuk hipertensi parah, apabila digunakan pada kombinasi obat yang
menyebabkan retensi natrium. Pada insufisiensi ginjal, bila tingkat filtrasi glumeruler kurang dari
30 atau 40 mL/menit. Pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat retensi
natrium.
Diuretik hemat-kalium (potassium-sparing)
berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang berlebihan, khususnya
pada pasien yang menggunakan digitalis dan untuk memperkuat efek natriuretik
diuretik lainnya.
(Katzung, 1986).
5. PENENTUAN
DOSIS
Walaupun
farmakokinetik dan farmakodinamik berbagai diuretik berbeda, tetapi titik akhir
efek terapeutik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pada efek
natriuresisnya. Walaupun demikian, harus diketahui bahwa dalam keadaan tunak
(steady-state; seperti pada penanganan
jangka panjang hipertensi), ekskresi natrium harian sama sama dengan
pemasukan natrium dari makanan. Diuretik diperlukan untuk melawan kecendrungan
terjadinya retensi natrium pada pasien dengan deplesi natrium yang relatif.
Walaupun diuretik thiazide lebih bersifat natriuretik pada dosis tinggi
(100-200 mg hydrochlorothiazide), bila digunakan sebagai obat tunggal, dosis
rendah (25-50 mg) memberikan efek antidiuretik seperti halnya pada dosis
tinggi.
(Katzung, 1986).
6. TOKSISITAS
DIURETIK
Pada
pengobatan hipertensi, sebagian besar efek samping yang lazim terjadi adalah
deplesi kalium. Walaupun hipokalemia ringan dapat ditoleransi oleh banyak
pasien , hipokalemia dapat berbahaya pada pasien yang menggunakan digitalis,
pasien dengan aritmia kronis, pada infarktus miokardium akut atau disfungsi
ventrikel kiri. Kehilangan kalium diimbangi dengan reabsorpsi natrium. Oleh
karenanya ,pembatasan asupan natrium dapat meminimalkan kehilangan kalium.
Diuretik glukosa, dan peningkatan konsentrasi lemak serum. Diuretik dapat
meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadinya gout (pirai). Penggunaan dosis rendah dapat
meminimalkan efek metabolik yang tidak diinginkan tanpa mengganggu efek
antihipertensinya.
(Katzung, 1986).
7. OBAT-OBAT
DIURETIK
·
Furosemid
8. FARMAKOKINETIK
FUROSEMID
·
Onset
diuresis : Oral antara
30-60 menit, im 30 menit, iv 5 menit.
·
Efek puncak : Oral dicapai
1-2 jam setelah pemberian.
·
Durasi : 6-8 jam, iv
2 jam.
·
Absorpsi : Oral 60-67%
·
Ikatan
dengan protein : >98%
·
T1/2 : Fungsi ginjal
normal 0,5-1,1 jam, end-stage renal disease 9 jam.
·
Eliminasi : 50% dari pemberian oral atau 80% iv diekskresikan
melalui urin setelah 24 jam.
(Anonim,
2006)
9. CARA KERJA
·
Mencit di puasakan selama lebih 16 jam (tetap
diberi minum)
·
Mencit diberi air hangat secara oral 1ml/25g
BB mencit
·
Kemudian Mencit disuntikkan i.p Furosemid
atau lasix dengan dosis 40mg dan 80 mg
·
Tempatkan mencit dalam kandang pengamatan
diuretik
·
Catat jumlah urin komulatif setiap kurun
30menit selama 4 jam
10. HASIL PENGAMATAN
Perhitungan dosis furosemid 80 mg/25 ml
·
Dosis
untuk mencit =
80 mg x 0,0026 = 0,208 mg
·
BB
mencit : 50 g
Dosis :
x 0,208 mg = 0,52 mg

·
Volume
penyuntikan :
x 25 ml =
0,16 ml ~ 0,2 ml

·
Volume
pengambilan : 

·
Air
hangat 1 ml/25g BB mencit
·
BB
mencit 50g
·
Dosis
= 

·
Volume
pengambilan : 

11. TABEL
PENGUMPULAN DATA HASIL PERCOBAAN
No
|
Perlakuan
|
BB (g)
|
Vol Air
|
Vol
|
Vol Berkemih
|
Mulai berkemih
|
kumulatif
|
pH
|
||||
(ml)
|
Perlakuan
|
(menit)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||
-I
|
Furosemide 80 mg/25 ml
|
50
|
2 ml
|
0,16 ml
|
30 menit
|
0,5
|
0,5
|
-
|
-
|
-
|
1 ml
|
-
|
-II
|
Furosemid 80 mg/25 ml
|
40
|
1,6 ml
|
0,13 ml
|
28 menit
|
1
|
0,2
|
-
|
-
|
-
|
1,2 ml
|
-
|
-III
|
Furosemid 80 mg/25 ml
|
30
|
1,2 ml
|
0,1 ml
|
25 menit
|
1
|
0,1
|
-
|
-
|
-
|
1,1 ml
|
-
|
-+
|
Furosemid 80 mg/25 ml
|
40
|
1,6 ml
|
0,13 ml
|
20 menit
|
0,9
|
0,3
|
0,5
|
-
|
-
|
1,7 ml
|
-
|
+
|
Air hangat (control)
|
35
|
1,4 ml
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12. PEMBAHASAN
Pada praktikum
ini kami melalkukan percobaan diuretic dengan menggunakan obat Furosemid
dan mencit sebagai hewan ujinya.sebelum dilakukan
percobaan mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam tetapi tetap di beri
minum ini untuk mmencegah sebelum diberikan obat untuk menghilangakn factor
makanan.namun walaupun demikian factor variasi biologis dari hewan tidak dapat
di hilangkan sehingga factor ini relative dapat mempengaruhi hasil.
pada praktikum
ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan, hal ini disebabkan karena mencit
betina mengalami fase estrus dimana pada fase ini terjadi peningkatan hormon
estrogen dan hormon pertumbuhan yang akan mempengaruhi sekresi insulin.
Sebelum diberikan
obat mencit terlebih dahulu diberikan air hangat sesuai dosis nya. Dari tabel
pengumpulan data percobaan 4 didapat hasil yang berbeda-beda.untuk mencit no 6
diperoleh hasil kumulatif lebih sedikit dibandingkan dengan 4 mencit
lainya.untuk kelompok 7 hasil kumulatif yang diperoleh lebih banyak
dibandingkan dengan mencit 6 dan 8 sedangkan untuk mencit no 8 diperoleh hasil
kumulatif lebih banyak dari mencit 6 dan lebih sedikit dari mencit no 7 dan 9.untuk
mencit no 9 hasil kumulatif yang lebih banyak dari keempat mencit lainya,hal
ini dikarenakan mencit no 9 adalah mencit
jantan sedankan lainya adalah mencit betina.perlakuan mencit kontrol
dapat dilihat bahwa mencit sama sekali tidak berkemih karena mencit tidak
diberikan obat furosemid, hanya diberikan air hangat.
Daftar
Pustaka
Katzung,
Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika ;
Jakarta.
Anonym,2006,Obat-obat
Penting, Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat bagian
Farmasetika Fakultas Farmasi UGM ; Jogjakarta
Syafri, Mariska, 2011, mekanisme kerja obat
diuretika, http://mariskasyafri.blogspot.com/2011/03/mekanisme-kerja-obat-diuretika.html diakses
pada tanggal 5 mei 2012
Mutschaler,Ernst.1991.Dinamika obat Farmakologi dan Tonsikologi.bandung
; ITB
Tjay,Tan
Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia ; Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar